Adakah hal seperti itu di dunia sekarang ini? Jawabanya, tentu saja! Tetapi maaf jika seseorang marah dan mengira karena kesukaan saya terhadap Gender yang berbeda, saya memposting hal tentang mereka, insyallah tidak. Saya lebih tertarik dengan bagaimana perjuangan seorang perempuan dari sudut pandang saya sendiri.
Perempuan, adalah
mahluk terindah ciptaan tuhan yang diciptakan dengan keindahan tiada tara.
Prempuan identik dengan segala hal yang indah, cantik, lemah, lembut dan masih
banyak yang lainya. Perempuan selalu memiliki pasangan seperti layaknya hitam -
putih,
negative - positif, sedih - senang dll.
negative - positif, sedih - senang dll.
Pasangan
seorang perempuan adalah seorang laki-laki, sosok lain yang selalu
ditakdirkan menjadi pemimpin, yang selalu lebih kuat, selalu
lebih apapun dibanding dengan seorang perempuan, saya tahu tetapi tidak
sepenuhnya setuju dengan peran gender yang manih tertanam kuat dalam otak
masyarakat di bumi Indonesia ini.
Di Negara ini yang
kebanyakan masyarakat masih mengagung-agungkan seorang laki-lai yang bisa
melakukan segalanya. Laki-laki identik dengan kekuatan, lihat saja
binaragawan atau para atlet pengangkat besi lebih banyak yang laki-laki bukan
karena banyak pendapa yang mengatakan bahwa bukan kodrat wanita, dan saya masih
cukup setuju. Laki-laki identik dengan sifat yang keras, keras di sini
bukan keras yang tega memukuli seorang wanita, wah laki-laki yang begitu malah
pengecut menurut saya, karena keras artinya tegas dalam pendirian dan terkadang
juga keras kepala. Jiwa pemimpin, pemimpin upacara harus laki-laki bukan
Karen baru sekali saya dipimpin oleh pemimpin upacara perempuan, tetapi tidak
juga kadang lebih banyak laki-laki yang bertindak sebagai pemimpin yang dapat memimpin kantornya dengan baik,
tetapi tidak bisa memimpin keluarganya. Dan banyak lagi yang identik tentang
karakteristik laki-laki.
Untuk
perbandinganya dengan perempuan, saya selalu mendengar dalam setiap nasehat
yang saya dapatkan, perempuan hanya berkutat dalam tiga hal, yaitu: masak
atau dalam bahasa Indonesia biasa disebut memasak, perempuan wajib bisa
memasak saya masih mendukungnya karena saya sedang belajar melakukanya, untuk
berhemat, untuk membuktikan saya bukan manusia yang manja. Macak, dalam bahasa indonesa lebih umum disebut berdandan,
perempuan sekarang memang semakin parah berdandanya jika sudah bersuami saya
dapat meakluminya, jika belum saya tidak mendukungnya untuk over macak, lagi
pula perempuan sekarang sedang nge-trend dengan gaya maskulin, bukan. Hal
terakhir yang membuat saya benar-benar tidak mendukungnya manak,
atau dalam bahasa Indonesia disebut beranak, atau melahirkan anak. Menurut
saya itu spekulasi yang kejam, menjadikan perempuan hanya sebagaii objek dan
tidak mendapat pemikiran yang benar karena pemilihan kata yang tidak baik
menurut saya.
Karena perjuangan tentang kebangkitan perempuan yang bahkan sejak abad ke-18, para perempuan mulai mendominasi dalam berbagai bidang, tentu saja karena populasi manusia memang didominasi oleh perempuan bukan?! Emansipasi wanita adalah gerakakan untuk melepaskan pendapat umum mengenai seluruh hal yang ternilai negative yang menyebabkan perempuan terpuruk dan merassa terpenjara dengan berbagai pendapat, adat istidat yang mengikat dan mengaturnya. Emansipasi wanita sebenarnya bertujuan untuk memperjuangkan hak-hak yang seharusnya mereka dapatkan, aka tetapi banyak yang salah mengartikan tengan hal ini, banyak gerakan feminism yang tidk seharus nya dilaksanakan dengan jalan kekerasan, bahkan dalam beberapa hal yang tidak seharusnya diperjuangkan malah menjadi misi utama yang nyeleneh dan mencoba ntuk diwujudkan.
Memang banyak
gerakan-gerakan sparatisme mengutamakan feminism yang menyatakan membela
perempuan tetapi malah merendahkanya membuat bingung para perempuan sendiri. Setiap
perjuangan yang baik tentu saja memperjuangkan perempuan mendapatkan hak-nya.
Seperti hal-nya perempuan yang bekerja keras untuk menghidupi anaknya padahal
suami menganggur dan malah menyuruh-yuruh istrinya, itulah tugas organisasi
yang menyatakan diri sebagai feminism untuk bertindak dan
memperjuangkan hak-hak perempuan yang terindas dan dan bekerja keras agar
setara dengan kedudukan lelaki, tetapi tidak menyalahi kodratnya.
Seharusnya,
pemerintah tidak hanya memberikan pemberdayaan dan membuat undang-undang untuk
membuat perempuan merasa dihargai dan dilindungi, agar tidak ada lagi gerakan
sparatisme yang mengatasnamakan perjuangan perempuan malah merugikan
pemerintah, kedaulatan, ideology serta agama, maka dari itu pemerintah harusnya
langsung mengawasi pelaksaan bagaimana seluruh lembaga feminism
berjalan. Pemerintah mengawasi tetapi tentu saja juga harus memberikan
kebebasan, perlindungan dan kepercayaan terhadap lembaga yang berkaitan agar
setiap usahanya mendapat hasil yang baik, sesuai yang deperjuangan oleh R.A
Kartini dan Dewi Sartika pada masa penjajahan dulu.
Aminn…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar