Selasa, 19 Februari 2013

Keinginan dalam Diri Perempuan



  




            Adakah hal seperti itu di dunia sekarang ini? Jawabanya, tentu saja! Tetapi maaf jika seseorang marah dan mengira karena kesukaan saya terhadap Gender yang berbeda, saya memposting hal tentang mereka, insyallah tidak. Saya lebih tertarik dengan bagaimana perjuangan seorang perempuan dari sudut pandang saya sendiri.
            Perempuan, adalah mahluk terindah ciptaan tuhan yang diciptakan dengan keindahan tiada tara. Prempuan identik dengan segala hal yang indah, cantik, lemah, lembut dan masih banyak yang lainya. Perempuan selalu memiliki pasangan seperti layaknya hitam - putih,
negative - positif, sedih - senang dll.
Pasangan seorang perempuan adalah seorang laki-laki, sosok lain yang selalu ditakdirkan menjadi pemimpin, yang selalu lebih kuat, selalu lebih apapun dibanding dengan seorang perempuan, saya tahu tetapi tidak sepenuhnya setuju dengan peran gender yang manih tertanam kuat dalam otak masyarakat di bumi Indonesia ini.
Di Negara ini yang kebanyakan masyarakat masih mengagung-agungkan seorang laki-lai yang bisa melakukan segalanya. Laki-laki identik dengan kekuatan, lihat saja binaragawan atau para atlet pengangkat besi lebih banyak yang laki-laki bukan karena banyak pendapa yang mengatakan bahwa bukan kodrat wanita, dan saya masih cukup setuju. Laki-laki identik dengan sifat yang keras, keras di sini bukan keras yang tega memukuli seorang wanita, wah laki-laki yang begitu malah pengecut menurut saya, karena keras artinya tegas dalam pendirian dan terkadang juga keras kepala. Jiwa pemimpin, pemimpin upacara harus laki-laki bukan Karen baru sekali saya dipimpin oleh pemimpin upacara perempuan, tetapi tidak juga kadang lebih banyak laki-laki yang bertindak sebagai pemimpin  yang dapat memimpin kantornya dengan baik, tetapi tidak bisa memimpin keluarganya. Dan banyak lagi yang identik tentang karakteristik laki-laki.
            Untuk perbandinganya dengan perempuan, saya selalu mendengar dalam setiap nasehat yang saya dapatkan, perempuan hanya berkutat dalam tiga hal, yaitu: masak atau dalam bahasa Indonesia biasa disebut memasak, perempuan wajib bisa memasak saya masih mendukungnya karena saya sedang belajar melakukanya, untuk berhemat, untuk membuktikan saya bukan manusia yang manja. Macak,  dalam bahasa indonesa lebih umum disebut berdandan, perempuan sekarang memang semakin parah berdandanya jika sudah bersuami saya dapat meakluminya, jika belum saya tidak mendukungnya untuk over macak, lagi pula perempuan sekarang sedang nge-trend dengan gaya maskulin, bukan. Hal terakhir yang membuat saya benar-benar tidak mendukungnya manak, atau dalam bahasa Indonesia disebut beranak, atau melahirkan anak. Menurut saya itu spekulasi yang kejam, menjadikan perempuan hanya sebagaii objek dan tidak mendapat pemikiran yang benar karena pemilihan kata yang tidak baik menurut saya.
            

 Karena perjuangan tentang kebangkitan perempuan yang bahkan sejak abad ke-18, para perempuan mulai mendominasi dalam berbagai bidang, tentu saja karena populasi manusia memang didominasi oleh perempuan bukan?! Emansipasi wanita adalah gerakakan untuk melepaskan pendapat umum mengenai seluruh hal yang ternilai negative yang menyebabkan perempuan terpuruk dan merassa terpenjara dengan berbagai pendapat, adat istidat yang mengikat dan mengaturnya. Emansipasi wanita sebenarnya bertujuan untuk memperjuangkan hak-hak yang seharusnya mereka dapatkan, aka  tetapi banyak yang salah mengartikan tengan hal ini, banyak gerakan feminism yang tidk seharus nya dilaksanakan dengan jalan kekerasan, bahkan dalam beberapa hal yang tidak seharusnya diperjuangkan malah menjadi misi utama yang nyeleneh dan mencoba ntuk diwujudkan.
            Memang banyak gerakan-gerakan sparatisme mengutamakan feminism yang menyatakan membela perempuan tetapi malah merendahkanya membuat bingung para perempuan sendiri. Setiap perjuangan yang baik tentu saja memperjuangkan perempuan mendapatkan hak-nya. Seperti hal-nya perempuan yang bekerja keras untuk menghidupi anaknya padahal suami menganggur dan malah menyuruh-yuruh istrinya, itulah tugas organisasi yang menyatakan diri sebagai feminism untuk bertindak dan memperjuangkan hak-hak perempuan yang terindas dan dan bekerja keras agar setara dengan kedudukan lelaki, tetapi tidak menyalahi kodratnya.
            Seharusnya, pemerintah tidak hanya memberikan pemberdayaan dan membuat undang-undang untuk membuat perempuan merasa dihargai dan dilindungi, agar tidak ada lagi gerakan sparatisme yang mengatasnamakan perjuangan perempuan malah merugikan pemerintah, kedaulatan, ideology serta agama, maka dari itu pemerintah harusnya langsung mengawasi pelaksaan bagaimana seluruh lembaga feminism berjalan. Pemerintah mengawasi tetapi tentu saja juga harus memberikan kebebasan, perlindungan dan kepercayaan terhadap lembaga yang berkaitan agar setiap usahanya mendapat hasil yang baik, sesuai yang deperjuangan oleh R.A Kartini dan Dewi Sartika pada masa penjajahan dulu.
Aminn…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar